Krueng Jangko, 22/02 – Kelompok Penyintas Rumah Belajar mengikuti Workshop Penguatan Kelompok di Balai Yayasan PASKA Aceh yang berlokasi di Gampong Krueng Jangko. Workshop yang diselenggarakan oleh Yayasan PASKA Aceh bekerja sama dengan Asia Justice and Right (AJAR) ini dihadiri oleh 25 anggota kelompok dari tiga gampong, yakni Gampong Cot Baroh, Gampong Cot Tunong dan Gampong Krueng Jangko. Terdiri dari 14 anggota perempuan dan 11 laki-laki. Workshop yang difasilitasi oleh Nonong Husna, Staf Ahli PASKA Aceh ini berlangsung selama 2 hari dengan tujuan untuk memperkuat kapasitas anggota kelompok serta penguatan soliditas kelompok dalam mewujudkan tujuan kelompok belajar, yakni bangkit dari trauma paska konflik Aceh.
Pada pertemuan hari pertama, para peserta workshop diajak untuk membangun kembali mimpi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian kelompok belajar, sebagaimana tujuan awal Yayasan PASKA Aceh dan AJAR mendorong dibentuknya kelompok yang terdiri dari penyintas konflik Aceh ini. Kemudian Nonong juga mengajak peserta untuk membayangkan bagaimana cara mewujudkan mimpi dan tujuan kelompok secara bersama-sama. Diskusi mengenai visi dan misi, serta sharing mimpi ini ibarat upaya untuk memperkokoh fondasi bangunan kelompok belajar yang telah dibangun pada pertemuan pertama kelompok hampir 1 tahun lalu. Metode diskusi dalam kelompok-kelompok kecil menghidupkan proses transfer pengetahuan satu sama lain, antara peserta dan fasilitator.
Farida, Bendahara Kelompok, mewakili kelompoknya menyampaikan keinginannya untuk dapat terbebas dari trauma masa lalu, yakni trauma konflik. Peserta lain, Rahmat, dari Gampong Cot Baroh, mengungkapkan keinginan terwujudnya kesejahteraan anggota kelompok yang kemudian mampu -berdampak pada kesejahteraan masyarakat di sekitar kelompok dan Gampong. Tujuan-tujuan baik ini kemudian diolah bersama dalam wujud misi kelompok, yakni peningkatan pengetahuan sumber daya manusia pada kelompok, berjalannya aturan-aturan kelompok dengan baik dan benar, terbangunnya unit usaha dalam kelompok, memperluas jaringan kerja sama dengan pihak lain, dan yang tidak boleh dilupakan adalah mendorong perubahan kebijakan yang pro penyintas (korban), minimal di tingkat desa terlebih dahulu.
Melalui workshop hari pertama ini diharapkan agar terjalin komunikasi yang transparan antara anggota kelompok, sehingga mampu meminimalisir perseteruan yang akan memecah belah anggota kelompok ke depannya. Selanjutnya Nonong mengajak peserta untuk membaca kembali tugas masing-masing anggota dalam kelompok agar upaya-upaya untuk pemecahan masalah dapat diselesaikan bersama. Workshop berlangsung dengan dinamis dan hidup ini akan dilanjutkan pada hari Kamis, 23 Februari 2017.(Fata)
Add Comment